Sumber daya alam yang terpendam di Pulau Madura sebenarnya sangat banyak, mulai dari hasil laut, pertanian, hutan, perkebunan dan perdagangan. Tidak jarang banyak orang Madura yang sukses di daerahnya sendiri dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada.
Dari hasil laut saja, banyak sumber alam yang belum dimanfaatkan oleh masyarakatnya sendiri, seperti udang, kepiting, cumi-cumi, rumput laut, teripang, dll. Mereka lebih memberikan kekayaan alam ini pada taipan dan konglomerat di luar pulau Madura. Sehingga hasil yang diperoleh oleh masyarakat pribumi tidak maksimal. Padahal hasil laut seperti diatas, merupakan hasil laut favorite untuk Negara maju, Jepang contohnya.
Berlatar belakang masalah yang ada di atas, maka tidak jarang masyarakat Madura yang ingin merubah hidupnya dengan mengadu nasib di daerah orang, dengan merantau. Ada yang menjual sate, berdagang besi tua, pedagang asongan, bahkan ada yang merampok dan menjadi preman jalanan. Namun ada pula yang bahkan menjadi Kiyai dan Ulama besar di negeri orang.
Mereka tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri sekalipun. Di Jakarta,masyarkat Madura banyak yang meraih kesuksesan dengan berdagang besi tua dan berjualan sate. Sehingga tidak jarang banyak masyarkat yang tergiur dengan kesusksesan yang mereka raih di daerah perantauan dengan ikut-ikutan merantau dan mengadu nasih di negeri orang. Walau mereka tidak mempunyai keterampilan dan nalar untuk berbisnis, yang akhirnya kegagalanlah yang mereka raih.
Pertanyaanya, mengapa tidak memanfaatkan sumber daya alam dan kekayaan yang ada di pulau Madura ?
Tentu ini menjadi PR tersendiri bagi mayarakat Madura yang notabene mempunyai jiwa perantau dan ingin meniru kesusksesan yang diraih orang lain. Apalagi, di akhir tahun 2009 ini, jembatan SURAMADU yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura akan rampung dan selesai. Sehingga PR itu akan semakin banyak dan lebih sulit lagi, mengingat persaingan yang banyak dan kemauan yang kurang untuk menggali potensi alamnya sendiri.
Untuk itu, sekaranglah saatnya untuk Back to Nature, kembali ke alam.
0 komentar:
Posting Komentar